BANDA ACEH – Tari Guel merupakan tarian tradisional masyarakat dari Kabupaten Aceh Tengah. Kini tarian dari Tanah Gayo itu sudah mulai kembali eksis di setiap event pertunjukan budaya dan adat di Aceh.
Selain gerakan, ciri khas dari Tari Guel ini terletak pada kostum yang dikenakan oleh penari, yaitu kain opoh ulen-ulen yang berada di punggung penari pria, dan digunakan sebagai atribut menarinya.
Kain ulen-ulen dengan lebar 1×2 meter ini dipenuhi sulaman kerawang Gayo yang menjadi properti utama Tari Guel. Dihempas dan dikibas-kibaskan oleh penari seperti kepakan burung yang sedang mengudara.
Di kutip dari berbagai sumber, Tari Guel bukan hanya tarian biasa untuk menyambut tamu atau yang dimainkan di acara-acara adat tertentu atau lainnya. Namun tarian ini disebut kompilasi atau gabungan dari seni sastra, musik dan seni tari itu sendiri.
Tarian kebanggaan dari Tanah Gayo ini menjadi salah satu khasanah budaya Gayo yang mengisahkan upaya sejumlah orang untuk membangunkan seekor gajah putih yang berdasarkan cerita rakyat yang pernah ada.
Dari gerakannya, di mulai dari penari yang kakinya menjinjit dan badan sedikit membungkuk. Bahu penari maju mundur, lengan timbul tenggelam dalam lipatan kain bersulam Karawang Gayo yang menutupi punggung. Gerakannya itu seirama dengan tabuhan rapai.
Pada satu titik penari mengempas dan mengibaskan kain ke udara. Terkadang penari berlari kecil sambil menukik. Perlahan bergerak mendekat, mengitari, lalu memberi sembah. Kiranya dia hendak merayu seorang penari lain yang tengah duduk bersimpuh agar mengikuti gerakannya, lalu keduanya bergerak bersamaan, padu badan dalam hentak estetis berirama.
Tari Guel juga memiliki struktur yang terbagi dalam empat babak. Pertama yaitu Munatap, yang menggambarkan bentuk persuasi Sengeda yang hendak menaklukkan hati gajah putih, lalu berlanjut ke babak redep yang menggambarkan kesediaan gajah putih menuruti keinginan Sengeda.
Ketibung dan cincang nangka menjadi dua babak terakhir. Dua babak yang menggambarkan semakin kuatnya keinginan gajah putih mengikuti Sengeda, hingga akhirnya Sengeda berhasil menggiring gajah putih ke Kesultanan Aceh Darussalam.
Istilah ‘guel’ dalam bahasa Gayo berarti ‘membunyikan’ ini juga berkaitan erat dengan legenda Gajah Putih dalam cerita rakyat ‘Sengeda dan Bener Merie’. Guel sepenuhnya bentuk apresiasi terhadap wujud alam serta lingkungan kemudian dirangkai melalui gerak simbolis dan hentakan irama.
Tari Guel semacam media informatif, memadukan seni sastra, musik, dan gerakan yang memungkinkan untuk dikembangkan sesuai dengan semangat zaman dan perubahan pola pikir masyarakat setempat. Tarian ini memiliki gerakan yang sangat khas dan penuh makna.
Karena unik dan memiliki makna yang dalam, Tari Guel menjadi Warisan Budaya Takbenda (WBTb) Indonesia yang ditetapkan oleh Kemendikbudristek RI. []
Sumber: Acehtourism.travel