Melestarikan Kembali Tari Meugrop Lewat PKA-8

0
42
Manuskrip tari Meugrop di Anjungan PKA Bireuen, di Taman Sulthanah Safiatuddin, Banda Aceh. (Foto : MC/FA)

BANDA ACEH – Tampak samar dari kejauhan, seorang wanita penjaga Anjungan Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) ke-8 Bireuen merentangkan tangan dengan sedikit digerakan sambil meloncat.

Ketika didekati, ternyata ia sedang mempraktikan Tarian Meugrob (tarian melompat). Tarian Meugrob berasal dari Kabupaten Bireuen mulai ditinggalkan masyarakat.

Sambil melafazkan zikir Allahu, Laillahailallah wanita bernama Nuraini itu tampak riang dan sangat menikmati setiap gerakan yang dilakukannya.

Tarian Meugrob berasal dari Madinah pada abad ke XVII, diciptakan oleh Syeikh Abdul Karim Al Hasan Al Madani. Lalu tarian ini dikembangkan Muhammad Saman di Bireuen. Gerakan tari Meugrob dilakukan oleh sekelompok lelaki remaja dan orang dewasa sambil bergandengan tangan.

Tarian Meugrop kerap dikaitkan dengan Tarekat yang saat itu masih berkembang pesat, bahkan saban hari kegiatan ini masih sangat menonjol. Semua itu bersumber dari ajaran tarekat Shamaniyah yang berasal dari Madinah pada abad ke XVII.

Dulunya, Meugrop ini lazim ditampilkan pada perayaan adat Bireuen dan perkumpulan. Namun lambat laun tarian khas daerah yang pernah menjadi Ibu Kota Republik Indonesia itu mulai terlupakan.

Nuraini menceritakan, tarian Meugrob mulai ditinggalkan masyarakat karena trauma. Konon tahun 1950-an telah tartan ini menelan korban jiwa, lantaran praktik Meugrob pada awalnya untuk ibadah. “Waktu itu tarian ini hukuman bagi pengantin laki-laki yang jarang ke meunasah (musala) untuk salat berjamaah,” ungkapnya, Senin 6 November 2023, di Anjungan PKA Bireuen.

Pada waktu itu, kata dia, salah seorang pengantin yang tidak mau dirinya dipeugrob (diperloncatkan) akhirnya mengambil rencong melalui mertuanya, lalu menusuk para pemain meugrob. Sejak saat itu, tradisi Meugrob mulai tidak ada yang memainkan. Peristiwa itu terjadi di daerah Jeunieb, Bireuen.

Selain itu, ditinggalkannya tarian Meugrob juga dipengaruhi dengan masuknya budaya luar. Sebenarnya, Meugrob merupakan ruang untuk mempererat persatuan dan kekompakan.

Dalam prakteknya, tarian Meugrob selain melompat juga dilakukan gerakan-gerakan mengayunkan tangan secara bersama sambil berhadap-hadapan, serta gerakan memegang bahu satu sama lain sambil berjalan membentuk angka delapan.

Lalu lengan gerakan memutar-mutar membentuk lingkaran yang padat serta melompat-lompat sambil memeluk erat sesamanya. Syair-syair yang dibacakan dalam praktik Meugrob merupakan puji-puji dan salawat kepada Nabi Muhammad SAW, juga pesan-pesan tauhid serta moral.

“Tarian ini hampir sama dengan tari Seudati, terutama pada syair yang digunakannya,” tambah Nuraini.

Menurut Nuraini, Meugrob bisa dikatakan sebuah ritual keagaman yang sudah menjadi budaya, dilakukan dalam bentuk seni tari gerak yang diawali dengan posisi duduk dan diakhiri berdiri dengan berputar serta meloncat-loncat sambil berzikir.

Dengan tampilkannya tarian ini pada PKA-8, Nuriani berharap dapat seni tari yang satu ini dapat diperkenalkan kembali kepada masyarakat luas, khususnya Bireuen. MC/WM/Ulfah

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini